Misbahuz Zholam Pers Marhalah

UKM Jurnalistik STIT Al - Marhalah Al - 'Ulya

Full width home advertisement

Travel the world

Climb the mountains

Post Page Advertisement [Top]

         




        Perihal ini sebetulnya sudah lama menjadi bahan perbincangan bagi sosok-sosok yang sudah tidak sekali, dua kali, bahkan lebih dari bilangan lima untuk menghitung pergaulan nya antar organisasi, komunitas, lembaga, tokoh, yakni ketika sudah sampai pada tahap tidak lagi tersekat hingga sudah merasa cukup dan bertemu pada pertanyaan-pertanyaan yang tak terselesaikan. Banyak sisi yang semestinya disadari oleh setiap individu setelah menyelesaikan proses pendidikan dan latihan yang berjenjang.

Dimulai dari tahap

1. Basic training ( Diklat dasar )

2. Kursus lanjutan ( Mabim/masa bimbingan divisi )

3. Konsentrasi bidang/profesi

4. Sampai ke level pelatihan/kursus

- instruktur

- pembina

- pelatih

5. hingga mengambil keahlian khusus yang langka atau tidak ada dalam internal organisasi nya dan sangat dibutuhkan oleh beberapa organisasi lainnya.

Apa sih rahasianya? Kok bisa menjadi berpengaruh dengan nama organisasi, komunitas, Lembaga?

Juga pembentukan karakter di anggotanya..

Masih mau baca? Kalau gak skip aja.

Selesaikan saja pekerjaan yang menjadi kewajiban anda, Kemudian hapus pesan ini.

Saya beri waktu 1 menit.

.....

........

...........

..............

---------------

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

 

Baiklah kalau bertahan percayalah ini bacaan satu arah dan tak ada jalan pulang.

Jadi siapkan mata, Fikiran Serta hati anda, anda ragu – ragu sebaiknya anda pulang.

 

JANGAN MENGELUH TUAN

JANGAN MENGELUH PUAN

TABAH HINGGA AKHIR

YAKIN USAHA SAMPAI

BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN

PANTANG PULANG WALAU TANDANG KE GELANGGANG SEORANG

Banyak kata, idiom, ungkapan yang bermekaran hingga tumbuh di macam-macam organisasi-organisasi besar, kemudian itu menjadi tertanam di alam bawah sadar para calon anggota nya sesama pendidikan dan pelatihan dasar, namun perlu diketahui, pola mekanisme pembinaan pelatihan Itu tidak sembarangan di buat, mesti ada tuntunannya, ada silabusnya, ada muatan standarisasinya, ada target dan kebutuhan nyda penelitian nya, bukan secara tiba – tiba, yuk bikin pelatihan, yuk buat diklat, tanpa suvery lokasi, tanpa rapat badan diklat, tanpa mini project (Pra Diklat). gitu ..?, Tidak semudah itu ferguso...!, ini menyangkut nilai-nilai marwah organisasi, nama baik organisasi serta pertaruhan besar seberapa kreadibilitas para personil yg sudah dan akan jadi instruktur, pelatih, layak atau tidaknya mengisi materi, membimbing, membina, mendampingi, sedangkan para calon anggotanya yang berangkat dengan harapan besar bahkan mencita-citakan atau mengidam-idamkan untuk bergabung dalam organisasi besar.

Organisasi besar bukan tanpa sebab membuka perekrutan tahun ke tahun nya, adapula yg sesuai kebutuhan ( jikalau masih butuh ) buat apa buka open recruitmen ? dan kalau tahun ke tahun nya masih belum tuntas jenjang pelatihan nya suatu organisasi besar belum tentu membuka pendaftaran calon anggota baru, untuk menghasilkan kader anggota yang berkualitas, organisasi besar punya proses perjalanan panjang, evaluasi ke evaluasi pra hingga pasca pelatihan itu menentukan kualitas anggota yg masuk nantinya, keterkaitannya jika membuka perekrutan kembali secara berkas, kerasipan, akan jadi bahan acuan kedepannya, itulah mengapa terkadang di organisasi besar selalu ada cara baru, kemasan baru, tak sama angkatan ke angkatan, banyak faktor pembeda baik itu penanaman nilai-nilai displin, etika, penguasaan materi yg diberikan, keaktifan calon anggota sewaktu mengikuti diklat dasar, semisal hari pertama diklat dasar, soal kesigapan waktu sebagai disiplin mengikuti acara, makan, minum, tidur, bangun berlanjut hingga jelang akhir waktu/hari diklat dasar, itupun bergantung dengan lokasi/area, ada lokasi, ada materi, ada pelatih/instruktur, ada panita dalam satu kemasan remote (di kontrol), yang kemudian, instrumen, kompetensi dasar, kompetensi inti formaulasinya disesuaikan dengan perkembangan jaman dan juga jenis calon anggota yg akan menjalankan prosesi diklat dasar.

Ada penamaan ideologi, landasan berpikir, ada penguatan nilai-nilai ciri khas karakter organisasi, ada  pemberian materi dan praktek yg hanya dipunya oleh organisasi nya, itu semua termuat dalam aturan baku, tertulis dan kalaupun tidak tertulis pelatih, mentor, instruktur, sudah terpilih oleh badan Diklat ( ada kesamaan cara mendidik ), harus kompak, tidak ada bahasa beda pendapat atau kontras sekali di depan calon anggota ataupun antar pelatih karena kode etik si pelatih itu berpengaruh dengan nama baik organisasi juga kelangsungan diklat dasar di depan calon anggota.

Sebegitu nya? ya harus,, karena juga menyangkut nyawa manusia sampai ke tahap bahan laporan wajib oleh mereka yg telah ikut serta menjadi bagian diklat dasar.

Gorby Saputra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]