Perihal ini sebetulnya sudah lama menjadi bahan perbincangan bagi sosok-sosok yang sudah tidak sekali, dua kali, bahkan lebih dari bilangan lima untuk menghitung pergaulan nya antar organisasi, komunitas, lembaga, tokoh, yakni ketika sudah sampai pada tahap tidak lagi tersekat hingga sudah merasa cukup dan bertemu pada pertanyaan-pertanyaan yang tak terselesaikan. Banyak sisi yang semestinya disadari oleh setiap individu setelah menyelesaikan proses pendidikan dan latihan yang berjenjang.
Dimulai dari tahap
1. Basic training ( Diklat dasar )
2. Kursus lanjutan ( Mabim/masa
bimbingan divisi )
3. Konsentrasi bidang/profesi
4. Sampai ke level
pelatihan/kursus
- instruktur
- pembina
- pelatih
5. hingga mengambil keahlian khusus
yang langka
atau tidak ada dalam internal
organisasi nya dan sangat
dibutuhkan oleh beberapa organisasi lainnya.
Apa sih rahasianya? Kok bisa menjadi berpengaruh dengan nama
organisasi, komunitas, Lembaga?
Juga pembentukan karakter di
anggotanya..
Masih mau baca? Kalau gak skip aja.
Selesaikan saja pekerjaan yang menjadi kewajiban anda, Kemudian hapus pesan ini.
Saya beri waktu 1 menit.
.....
........
...........
..............
---------------
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
Baiklah kalau bertahan percayalah
ini bacaan satu arah dan tak ada jalan pulang.
Jadi siapkan mata, Fikiran Serta hati anda, anda
ragu – ragu sebaiknya anda pulang.
JANGAN MENGELUH TUAN
JANGAN MENGELUH PUAN
TABAH HINGGA AKHIR
YAKIN USAHA SAMPAI
BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN
PANTANG PULANG WALAU TANDANG KE
GELANGGANG SEORANG
Banyak kata, idiom, ungkapan yang bermekaran hingga tumbuh di
macam-macam organisasi-organisasi besar, kemudian itu menjadi tertanam di alam bawah sadar para calon
anggota nya sesama pendidikan dan pelatihan dasar, namun perlu diketahui, pola mekanisme pembinaan pelatihan Itu tidak sembarangan di buat, mesti ada tuntunannya,
ada silabusnya, ada
muatan standarisasinya, ada
target dan kebutuhan nyda penelitian nya, bukan secara tiba –
tiba, yuk bikin pelatihan,
yuk buat diklat, tanpa suvery lokasi, tanpa rapat badan diklat, tanpa
mini project (Pra Diklat). gitu ..?, Tidak semudah itu ferguso...!, ini menyangkut nilai-nilai
marwah organisasi, nama baik organisasi serta pertaruhan besar seberapa
kreadibilitas para personil yg sudah dan akan jadi instruktur, pelatih, layak atau tidaknya mengisi materi, membimbing, membina, mendampingi, sedangkan para calon anggotanya yang
berangkat dengan harapan besar bahkan
mencita-citakan atau mengidam-idamkan untuk bergabung dalam organisasi besar.
Organisasi besar bukan tanpa sebab membuka
perekrutan tahun ke tahun nya, adapula yg sesuai kebutuhan ( jikalau masih butuh
) buat apa buka open recruitmen ? dan kalau tahun ke tahun nya masih belum
tuntas jenjang pelatihan nya suatu organisasi besar belum tentu membuka
pendaftaran calon anggota baru, untuk menghasilkan kader anggota yang
berkualitas, organisasi besar punya proses perjalanan panjang, evaluasi ke
evaluasi pra hingga pasca pelatihan itu menentukan kualitas anggota yg masuk
nantinya, keterkaitannya jika membuka perekrutan kembali secara berkas, kerasipan,
akan jadi bahan acuan kedepannya, itulah mengapa terkadang di organisasi besar
selalu ada cara baru, kemasan baru, tak sama angkatan ke angkatan, banyak
faktor pembeda baik itu penanaman nilai-nilai displin, etika, penguasaan materi
yg diberikan, keaktifan calon anggota sewaktu mengikuti diklat dasar, semisal
hari pertama diklat dasar, soal kesigapan waktu sebagai disiplin mengikuti
acara, makan, minum, tidur, bangun berlanjut hingga jelang akhir waktu/hari
diklat dasar, itupun bergantung dengan lokasi/area, ada lokasi, ada materi, ada
pelatih/instruktur, ada panita dalam satu kemasan remote (di kontrol), yang
kemudian, instrumen, kompetensi dasar, kompetensi inti formaulasinya disesuaikan
dengan perkembangan jaman dan juga jenis calon anggota yg akan menjalankan
prosesi diklat dasar.
Ada penamaan ideologi, landasan berpikir, ada penguatan
nilai-nilai ciri khas karakter organisasi, ada pemberian materi dan praktek yg hanya dipunya
oleh organisasi nya, itu semua termuat dalam aturan baku, tertulis dan kalaupun
tidak tertulis pelatih, mentor, instruktur, sudah terpilih oleh badan Diklat (
ada kesamaan cara mendidik ), harus kompak, tidak ada bahasa beda pendapat atau
kontras sekali di depan calon anggota ataupun antar pelatih karena kode etik si
pelatih itu berpengaruh dengan nama baik organisasi juga kelangsungan diklat
dasar di depan calon anggota.
Sebegitu nya? ya harus,, karena juga menyangkut nyawa manusia sampai ke
tahap bahan laporan wajib oleh mereka yg telah ikut serta menjadi bagian diklat
dasar.
Gorby Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar