Hai Mahasiswa Jurang Kehancuran Itu Adalah Kenyaman Fasilitas Orang Tua
Apa kabar Beban Orang Tua? Sudah berapa semester yang kau lalui? Bagaimana IP/IPK mu? Kapan sidang skripsi? Wisuda nya masih lama? Oh ya bagaimana uang semesteran dari orang tuamu sudah dibayarkan? Dan uang untuk ongkos serta keperluan kuliah mu masih cukup?
Tulisan ini memang sengaja untuk menonjok,menyentil,tanpa berharap ada kesadaran hingga mulai berpikir agar semakin ada perubahan dalam diri mu wahai Maha-Siswa,tak ada doa pun untuk hal-hal tersebut. Karena memang tidak semua akan suka akan tata bahasa atau redaksi kalimat yang saya buat. Bagus malahan jika ada yang membenci bahkan menceramahi tulisan ini sampai adu argumentasi.
Atau memandang skeptis seolah yang membuat tulisan ini sudah merasa dirinya lebih baik dari yang membaca? Oh bisa dikatakan sangat mengharapkan tersinggung, artinya masih ada daya reflek dan rangsangan. Indah sekali ya berangkat kuliah serba di sediakan dari ongkos,ponsel,laptop,kendaraan,baju celana,tas, tanpa ada bukti atau menunjukan hasil kuliah mu seperti masa-masa sekolah ada pengambilan raport.
Memangnya orang tuamu mengerti apa itu IP/IPK?
Dan dirimu berani menjelaskan tugas kuliah mu,hasil IP/IPK mu kepada orang tua atau yang membiayaimu kuliah? Oh ya jadi Maha-Siswa kan tinggal kuliah tanpa atau sambil kerja kan enak ya,modis,larak-lirik lawan jenis,dikelas santai main ponsel,tugas kuliah entah makalah,jurnal,tinggal buka google,buka word,CTRL+A,CTRL+C+V,kemudian uang print minta lagi ya? Atau bayar saja teman yang jago bikin tugas kuliahmu,atau bisa juga memanfaatkan kepolosan teman kelasmu yang terampil,semangat,pasti di tolongin tugas-tugas kuliah mu kok.
Tidak terlalu penting juga aktif dikelas untuk bertanya ketika perkuliahan berlangsung,yang penting jumlah persentasi absensi terpenuhi toh ya?,duduk,datang,diam,dengerin,waktunya pulang ya tinggal pulang. Makan tersedia atau jika gak suka masakan orang rumah,beli aja dengan nongkrong di fastfood,caffe,plus perbanyak foto untuk di upload ke sosmed dong,kemudian di edit jadi video untuk di sosmed dong.
Aktif organisasi intra atau ekstra? Aduh buat apa si? Buang waktu nyari pacar saja lah,nongkrong aja lah,toh dirumah juga asal baik-baik aja tidak kena omel kok sama orang rumah. Hari libur semester jalan-jalan dong, ngapain si nyari ilmu,pelatihan,upgrade diri (keahlian non akademik) healing dong. Capek tau kuliah,mumet.
Pulang dirumah ya santai lah,ngapain si belajar emangnya anak sekolah?slow-slow dulu lah main game,rebahan,nonton channel youtube atau Tik-tok yang naikin mood booster,tugas udah tenang gampang kan tugas kelompok ini.
Dosen killer hadoh jadi malas masuk deh,udah lah titip absen aja lah ke ketua kelas,tinggal bayar kas,atau traktir aja sekelas beres,atau gak konfirmasi kehadiran izin urusan keluarga,urgent,toh orang tua juga gak tau kok,kan beda ama sekolah.
Skirpsi? Yah santai aja si yang lain juga belum tuh,masih banyak yang bingung,kampus nya aja kebangetan menekan harus selesai bab satu tanggal sekian,bab dua tanggal sekian, pasti lulus kok,pakai jasa joki skripsi aja kan ada,gak ada uangnya? Minta bantuin dong sama teman yang baik banget dan pasti ngertiin dong.
Sebagai mahasiswa, pasti Anda sudah tak asing lagi dengan konsep "jurang kehancuran". Jurang kehancuran ini adalah sebuah istilah yang merujuk pada kesenjangan yang terjadi antara kemampuan mahasiswa dan tuntutan akademik yang harus dipenuhi.
Jurang kehancuran ini menjadi semakin besar karena semakin banyaknya fasilitas yang disediakan oleh orang tua bagi mahasiswa. Padahal, semakin nyaman fasilitas yang disediakan, semakin mudah pula mahasiswa untuk terlena dan melupakan tuntutan akademik yang harus dipenuhi.
Kenyamanan dari Fasilitas Orang Tua: Bagaimana Dampaknya terhadap Mahasiswa?
Kenyamanan dari fasilitas orang tua memang bisa menjadi anugerah bagi mahasiswa. Namun, apabila tidak diimbangi dengan kedisiplinan dan motivasi untuk belajar, kenyamanan tersebut bisa menjadi boomerang bagi mahasiswa itu sendiri.
Terlalu bergantung pada fasilitas orang tua bisa membuat mahasiswa kehilangan motivasi untuk mandiri dan belajar secara mandiri. Mahasiswa yang kecanduan kenyamanan fasilitas orang tua juga bisa kehilangan kemampuan untuk mengelola waktu dengan baik, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas akademik tepat waktu.
Tips Mengatasi Jurang Kehancuran
Untuk mengatasi jurang kehancuran, ada beberapa tips yang bisa dilakukan oleh mahasiswa:
1. Menjaga Keseimbangan Antara Kehidupan Akademik dan Non-Akademik
Mahasiswa harus bisa menjaga keseimbangan antara kehidupan akademik dan non-akademik. Mahasiswa harus bisa mengatur waktu dan menyelesaikan tugas akademik tepat waktu, namun juga tidak boleh melupakan aktivitas non-akademik yang penting untuk keseimbangan hidup.
2. Menjaga Motivasi untuk Belajar
Motivasi untuk belajar harus tetap dipertahankan oleh mahasiswa, meskipun fasilitas yang disediakan oleh orang tua semakin nyaman. Mahasiswa harus bisa memotivasi diri sendiri untuk belajar dengan tekun dan terus meningkatkan kemampuan akademiknya.
3. Mengembangkan Kemampuan untuk Mandiri
Mahasiswa harus bisa mengembangkan kemampuan untuk mandiri, terutama dalam mengelola waktu dan menyelesaikan tugas akademik secara mandiri. Mahasiswa juga harus bisa memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh kampus, seperti perpustakaan dan dosen, untuk mendapatkan bantuan dalam menyelesaikan tugas akademik.
Jurang kehancuran memang bisa menjadi momok bagi mahasiswa, terutama bagi mahasiswa yang terlalu bergantung pada fasilitas yang disediakan oleh orang tua. Namun, dengan mengikuti tips yang sudah dijelaskan di atas, mahasiswa bisa mengatasi jurang kehancuran dan tetap berhasil dalam menyelesaikan tuntutan akademik dengan baik. Sebagai mahasiswa, penting untuk memahami konsep jurang kehancuran agar bisa mengambil tindakan yang tepat dalam menghadapinya. Mahasiswa harus bisa mengembangkan kemampuan untuk mandiri dan memotivasi diri sendiri untuk belajar dengan tekun. Selain itu, keseimbangan antara kehidupan akademik dan non-akademik juga harus dijaga agar bisa meraih prestasi yang baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.
Dalam menghadapi jurang kehancuran, mahasiswa juga bisa bergabung dengan komunitas-komunitas di kampus yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Bergabung dengan komunitas-komunitas di kampus bisa membantu mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan non-akademik dan memperluas jaringan pertemanan yang positif.
Akhir Kata
Jurang kehancuran memang menjadi momok bagi mahasiswa, terutama bagi mahasiswa yang terlalu bergantung pada fasilitas yang disediakan oleh orang tua. Namun, dengan mengikuti tips yang sudah dijelaskan di atas, mahasiswa bisa mengatasi jurang kehancuran dan tetap berhasil dalam menyelesaikan tuntutan akademik dengan baik.
Orang tua dan kampus juga memiliki peran yang penting dalam mengatasi jurang kehancuran. Orang tua harus memberikan fasilitas yang memadai, namun juga tidak terlalu memanjakan dan memberikan dorongan dan motivasi pada mahasiswa untuk mandiri dan belajar dengan tekun. Kampus harus menyediakan fasilitas yang memadai, namun juga memberikan dorongan dan motivasi pada mahasiswa untuk belajar dengan tekun dan mandiri.
Mahasiswa juga harus bisa mengembangkan kemampuan untuk mandiri dan memotivasi diri sendiri untuk belajar dengan tekun. Keseimbangan antara kehidupan akademik dan non-akademik juga harus dijaga agar bisa meraih prestasi yang baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Dengan mengatasi jurang kehancuran, mahasiswa bisa menjadi pribadi yang mandiri, tekun, dan mampu meraih prestasi yang baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Jurang kehancuran bukanlah momok yang menakutkan jika dihadapi dengan tindakan yang tepat dan motivasi yang kuat.
https://www.gorbysaputra.com/2023/02/hai-mahasiswa-jurang-kehancuran-itu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar